Notulensi Kajian Online " Meneladani Abdurrahman bin Auf, Crazy Rich Madinah " 13 September 2020

 



 Kajian FoSSEI Surakarta >< FORDSEI ITB AAS #5

Meneladani Abdurrahman bin Auf, Crazy Rich Madinah 

 

Pe       Materi Kajian

 

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat besar nabi Muhammad SAW, yang dijamin masuk surga. Ketika belum masuk islam atau pada masa Jahiliyah sebelumnya Abdurrahman bin Auf bernama Abdul Amrin atau Abdul Ka’bah  ( hamba suatu perkara) yang berarti teladan bagi seorang muslim. Saat berhijrah Abdudurrahman bin Auf dipersaudagarkan dengan Sa’ad bin Robbi Al anshor oleh Rasulullah, Sa’ad adalah seorang muslim yang kaya dikalangan madinah.

            Ketika dalam pertemuannya Sa’ad bin robbi Al anshor berkata “Wahai Abdurrahman saya   adalah golongan terkaya, saya mau memberimu sebagian hartaku, dan lihahatlah istri – istriku pilihlah yang mana”. Sa’ad memiliki sifat Altruisme adalah mementingkan kesejahteraan orang lain tanpa mementingakan diri sendiri. Mendengar perkataan tersebut Abdurrahman tetap menjaga harga diri dari suatu yang tidak pantas, lalu menjawabnya dengan mengucap do’a  “ Barakallah birabika bil afwan, semoga Allah Swt memberi berkah hartamu”. Abdurrahman bin Auf bertanya kepada Sa’ad “dimana pasarmu?” tanpa menjawabnya merekapun menuju pasar dengan jujur.

Abdurrahman bertanya tentang pasar karena dengan pasar kita menegetahui problem dipasar . Mindset Bisnis Abdurrahman :

a.       Saya tidak menjual  secara hutang (Cash back), karena Allah Swt menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

b.     Aku tidak menginginkan untung banyak, tapi berkah.

c.      Aku tidak menjual produk jelek atau buruk, produk yang dijual bermutu.

d.     Allah akan memberi berkah.

e.      Bisnis bukan masalah untung rugi tetapi berkah dan halal.

Suatu ketika kota Madinah ada suara gemuruh, ternyata Abdurrahman dan banyak untannya lewat dengan membawa barang dagangan untuk dibagikan. Suatu hari Abdurrahman menjual tanah dengan harga 40.000 dinar, dibagi – bagikan kepada beberapa masyarakat Madinah. 

Menurut Abdurrahman bahwa dirinya akan mendapat berkah. Pada akhirnya beliau menjadi seorang saudagar kaya yang berkah, dalam artian berkah adalah tumbuhnya kebaikan terus menerus.

            Sebenarnya yang menjadi teladan dari peristiwa tersebut yaitu ketika nabi Muhammad Saw membagikan kain dagangannya kepada orang - orang sampai kain itu habis setelah magrib, setelah sampai dirumah ada anak kecil datang menemui Rasulullah dan berkata “ Ya Rasulullah saya meminta jatah kain”.  Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah : “Wahai Aisyah  apakah kainnya masih ada untuk kita berikan?” , Aisyah menjawab : “Tidak ada Ya Rasulullah, hanya ada kain yang dipakai”. dijelaskan  dalam sura Al- Isra’ ayat 29 yang artinya : “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelengu pada lehermu dan jangan (pula) engaku terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal”.

Dengan adanya prinsip berkah Abdurrahman menjadi saudagar kaya atas kehendak Allah Swt.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Tanya Jawab

1.      Ahmad Ahlun_FORDSEI ITB AAS

       Pertanyaan 

    Apakah ada tuntutan dari sunnah tentang persentase keuntungan ustadz? dan  bagaimana pandangan  ustadz dengan bunga emas?

      Penjelasan :

Profit dagang ala Rasulullah, ketika membawa dagangan istri pertamanya yaitu Khadijah, Dengan prinsip silahkan anda beli yang penting saya untung, dan sesuiakan dengan kondisi, maka dalam jual beli tidak ada tuntutan persentase keuntungan.

Allah Swt menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ketika Imam Syafi’i berjalan tiba tiba ada orang dari belakang dan berkata “hai imam Syafi’i saya pinjam uang”. Imam Syafi’i berkata “kapan kau bisa menegembalikan hutangmu”. Setelah itu mereka pergi berlawanan arah.  Jika terdapat  bunga  hal tersebut merupakan riba maka wajib ditinggalkan

 

2.      Fathul Bait_IMES Surakarta

Pertanyaan :

Sebagai umat muslim kita dianjurkan menjadi orang kaya atau orang sederhana?

Penjelasan :

Rasulullah bersabda “ Bukanlah yang disebut orang kaya banyak emas tetapi kaya hati”. Artinya harta itu titipan dari Allah Swt, kaya tidak untuk foya – foya. Nabi Muhammad, Abbdurrahman bin Auf dan para sahabat lainnya kekayaan digunakan untuk bersedekah dan berjihad dijalan Allah. Kaya tidak selalu dalam bentuk materi, maka jadilah orang kaya yang hidup sederhana.

 

3.      Aly Muhammad Azmi_ FORDSEI ITB AAS

Pertanyaan :

Lebih baik sedekah secara terang – terangan atau sembunyi – sembunyi?

Penjelasan :

Perbedaan sedekah yaitu berupa non materi sedangkan infak berupa materi. melakukannya harus dibarengi dengan keikhlasan, memang terkadang sulit  tapi kita tetap sedekah dan infak harus ikhlas. Dalam sedekah kita harus meminta berkah kepada Allah bukan kepada manusia dan tidak dilakukan dengan terang – terangan, maksudnya pamrih hanya kepada Allah Swt.


Posting Komentar

0 Komentar