Kajian FoSSEI Surakarta >< FORDSEI ITB AAS #5
Meneladani Abdurrahman bin Auf, Crazy Rich Madinah
Pe Materi Kajian
Abdurrahman bin Auf
adalah sahabat besar nabi Muhammad SAW, yang dijamin masuk surga. Ketika belum
masuk islam atau pada masa Jahiliyah sebelumnya Abdurrahman bin Auf bernama
Abdul Amrin atau Abdul Ka’bah ( hamba suatu
perkara) yang berarti teladan bagi seorang muslim. Saat berhijrah Abdudurrahman
bin Auf dipersaudagarkan dengan Sa’ad bin Robbi Al anshor oleh Rasulullah,
Sa’ad adalah seorang muslim yang kaya dikalangan madinah.
Ketika
dalam pertemuannya Sa’ad bin robbi Al anshor berkata “Wahai Abdurrahman
saya adalah golongan terkaya, saya mau
memberimu sebagian hartaku, dan lihahatlah istri – istriku pilihlah yang mana”.
Sa’ad memiliki sifat Altruisme adalah
mementingkan kesejahteraan orang lain tanpa mementingakan diri sendiri. Mendengar
perkataan tersebut Abdurrahman tetap menjaga harga diri dari suatu yang tidak
pantas, lalu menjawabnya dengan mengucap do’a
“ Barakallah birabika bil afwan, semoga Allah Swt memberi berkah
hartamu”. Abdurrahman bin Auf bertanya kepada Sa’ad “dimana pasarmu?” tanpa
menjawabnya merekapun menuju pasar dengan jujur.
Abdurrahman bertanya
tentang pasar karena dengan pasar kita menegetahui problem dipasar . Mindset
Bisnis Abdurrahman :
a.
Saya tidak menjual secara hutang (Cash back), karena Allah Swt
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
b. Aku tidak menginginkan untung banyak,
tapi berkah.
c. Aku tidak menjual produk jelek atau
buruk, produk yang dijual bermutu.
d. Allah akan memberi berkah.
e. Bisnis bukan masalah untung rugi tetapi
berkah dan halal.
Suatu ketika kota
Madinah ada suara gemuruh, ternyata Abdurrahman dan banyak untannya lewat
dengan membawa barang dagangan untuk dibagikan. Suatu hari Abdurrahman menjual
tanah dengan harga 40.000 dinar, dibagi – bagikan kepada beberapa masyarakat
Madinah.
Menurut Abdurrahman
bahwa dirinya akan mendapat berkah. Pada akhirnya beliau menjadi seorang
saudagar kaya yang berkah, dalam artian berkah adalah tumbuhnya kebaikan terus
menerus.
Sebenarnya
yang menjadi teladan dari peristiwa tersebut yaitu ketika nabi Muhammad Saw
membagikan kain dagangannya kepada orang - orang sampai kain itu habis setelah
magrib, setelah sampai dirumah ada anak kecil datang menemui Rasulullah dan
berkata “ Ya Rasulullah saya meminta jatah kain”. Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah :
“Wahai Aisyah apakah kainnya masih ada
untuk kita berikan?” , Aisyah menjawab : “Tidak ada Ya Rasulullah, hanya ada
kain yang dipakai”. dijelaskan dalam
sura Al- Isra’ ayat 29 yang artinya : “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu
terbelengu pada lehermu dan jangan (pula) engaku terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal”.
Dengan adanya prinsip
berkah Abdurrahman menjadi saudagar kaya atas kehendak Allah Swt.
1. Ahmad Ahlun_FORDSEI ITB AAS
Pertanyaan
Apakah ada tuntutan dari sunnah tentang persentase keuntungan ustadz? dan bagaimana pandangan ustadz dengan bunga emas?
Penjelasan :
Profit dagang ala Rasulullah, ketika membawa dagangan istri pertamanya yaitu Khadijah, Dengan prinsip silahkan anda beli yang penting saya untung, dan sesuiakan dengan kondisi, maka dalam jual beli tidak ada tuntutan persentase keuntungan.
Allah Swt menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ketika Imam Syafi’i berjalan tiba tiba ada orang dari belakang dan berkata “hai imam Syafi’i saya pinjam uang”. Imam Syafi’i berkata “kapan kau bisa menegembalikan hutangmu”. Setelah itu mereka pergi berlawanan arah. Jika terdapat bunga hal tersebut merupakan riba maka wajib ditinggalkan
2.
Fathul Bait_IMES Surakarta
Pertanyaan :
Sebagai
umat muslim kita dianjurkan menjadi orang kaya atau orang sederhana?
Penjelasan :
Rasulullah
bersabda “ Bukanlah yang disebut orang kaya banyak emas tetapi kaya hati”.
Artinya harta itu titipan dari Allah Swt, kaya tidak untuk foya – foya. Nabi
Muhammad, Abbdurrahman bin Auf dan para sahabat lainnya kekayaan digunakan
untuk bersedekah dan berjihad dijalan Allah. Kaya tidak selalu dalam bentuk
materi, maka jadilah orang kaya yang hidup sederhana.
3.
Aly Muhammad Azmi_ FORDSEI ITB AAS
Pertanyaan :
Lebih
baik sedekah secara terang – terangan atau sembunyi – sembunyi?
Penjelasan :
Perbedaan
sedekah yaitu berupa non materi sedangkan infak berupa materi. melakukannya
harus dibarengi dengan keikhlasan, memang terkadang sulit tapi kita tetap sedekah dan infak harus
ikhlas. Dalam sedekah kita harus meminta berkah kepada Allah bukan kepada
manusia dan tidak dilakukan dengan terang – terangan, maksudnya pamrih hanya
kepada Allah Swt.
0 Komentar